Survey Explorasi Batu-Bara



T.O.R PENGUKURAN UNTUK PERENCANAAN
LINE BOR ( CROSS-LINE ) EXPLORASI BATU – BARA
By: Soleh ( Pt.WALS & Rekan )

 A.        Resume pengukuran Explorasi
 I.         Tahap persiapan

1.         Pengertian survey Explorasi
Survey/pengukuran explorasi adalah survey/pengukuran yang dilakukan untuk mendukung pekerjaan Team Engineering ( Geology ) dalam penyelidikan atau penelitian suatu deposit bahan tambang atau suberdaya alam lain.

2.         Persiapan dalam pengukuran Explorasi
            Data – data yang perlu dipersiapakan antara lain :
·         Data /laporan penyelidikan survey sebelumnya bila ada.
·         Daftar Kordinat Batas – batas konsesi Pertambangan ( Batas KP )
·         Peta hasil pengukuran atau penyelidikan sebelumnya bila ada.
·         Peta Rupa Bumi Sotfcopy atau Hardcopy BAKOSURTANAL
·         Daftar Kordinat Bench Mark bila ada.
·         Informasi Kesampaian wilayah terhadap kota terdekat,Transfortasi umum, Kondisi jalan, keadaan medan pekerjaan, kampung terdekat, dan yang paling penting adat – istiadat serta karakter penduduknya.
·         Informasi untuk recruitment tenaga  lokal ( Asal tenaga, upah minimum, dsb ).

3.        Perencanaan Tenaga Lapangan
Perencanaan team Lapangan disesuaikan dengan luasnya Wilayah pekerjaan dan batas waktu pekerjaan itu.

4.        Peralatan yang digunakan
 ·         2 set Receiver GPS merek Leica system 500 dual frekuensi
·         Total Station merek : Leica TC 1100, Leica Tc 800, Sokkia Set 3C, Sokkia set 500, Sokkia set 310, Power set 2100, Topcon GTS 212D, Topcon GTS 226
·         Plotter HP 750 untuk pengeplotan peta sampai ukuran A0.
5.         Software yang digunakan
·         Untuk download dan pengolahan data GPS digunakan peralata software SKIpro V.2
·         Untuk download hasil pengukuran dengan total station merek Leica digunakan software Leica survey office atau LGO, untuk download hasil pengukuran dengan total station merek sokkia digunakan software COMMS.
·         Untuk penggambaran peta topografi (kontur) digunakan software Autocad land development 2004 dan Autocad Map 2004 

II.            Pekerjaan lapangan
II.1       Pengukuran BM yang mengacu ke system kordinat Nasional (  UTM, WGS 84 )
Bila dilokasi pekerjaan belum tersedia Bench Mark sebagai acuan awal pengukuran maka dilakukan pengukuran Bench Mark. Jumlah BM yang dibuat dan diukur disesuaikan dengan cakupan wilayah yang akan dipetakan. Untuk konfigurasi atau jaringan BM minimal ada dua BM yang saling terlihat. Di Indonesia untuk keperluan pengukuran BM sudah tersedia tugu-tugu orde satu yang dibuat oleh BAKOSURTANAL yang terletak dikota-kota kabupaten diseluruh wilayah Indonesia. Untuk membuat BM dilokasi pekerjaan yang mengacu ke system kordinat nasional, minimal menggunakan dua buah receiver GPS tipe Geodetic dual frekuensi dengan metode pengamatan static, satu receiver GPS ditempatkan di tugu orde satu BAKOSURTANAL dan yang satu lagi ditempatkan di atas BM yang berada dilokasi proyek.
Setelah satu BM dilokasi proyek sudah mempunyai kordinat sama dengan system kordinat nasional, maka BM ini digunakan sebagai referensi untuk pengukuran BM lain yang berada dilokasi proyek.

II.2       Pengukuran Poligon Utama
Pengukuran poligon utama dimulai dari BM yang telah diukur oleh GPS yang mempunyai kordinat nasional. Poligon utama ini diukur mengelilingi batas atau boundry proyek. Polygon utama ini digunakan untuk keperluan pengukuran ; polygon cabang,garis base line,garis cros line atau untuk pengikatan detil-detil yang penting misalnya : pengikatan posisi singkapan, lokasi test pit, posisi titik-titik bor eksplorasi,posisi titik Geomagnet, Geofisik, Geolistrik, dsb.



II.3       Pengukuran base line (grid line)
Base line atau grid line arahnya biasanya sudah di rencanakan oleh tim geologi misalnya:arah azimuth 30 derajat, pekerjan tim pengukuran meletakan posisi dan arah dari base line yang sudah direncanakan oleh tim geologi (tim eksplorasi).
Garis baseline atau gridline digunakan sebagai guidline ( acuan ) untuk lokasi pengeboran explorasi . Garis-garis gridline mungkin akan dibuat lebih rapat dilokasi yang terindikasi mempunyai cadangan yang prospek.  

II.4       Pengukuran Topografi detil
Bila dalam suatu blok ditemukan lokasi yang prospek untuk dikembangkan atau memang dilokasi daerah penyelidikan tersebut dibutuhkan peta topografi yang detil maka akan dilakukan pengukuran topografi misalkan skala 1 : 1000. Metode pengukuran menggunakan system Blok dan Cross-line atau ray dengan spacing 25 – 50m dengan pengambilan detil arah radial ( metode payung ).
Pengukuran Topografi ini menggunakan alat ukur Total station Leica atau Sokkia yang langsung merekam data pengukuran menggunakan Memory Card, data pengukuran   dapat di download ke Komputer dengan software Leica Survey office atau COMMS.
II.5       Hasil Pekerjaan
           
      Hasil pekerjaan survey ( pengukuran Explorasi ) diantaranya :
·         Kordinat BM Lokasi proyek berupa Deskripsi BM atau list kordinat Bench Mark.
·         Kordinat – kordinat Titik-titik ikat ( polygon ).
·         Kordinat Titik –titik posisi titik Borehole.
·         Kordinat posisi singkapan ( outcrop ) deposit bahan tambang.
·         Kordinat garis-garis Baseline dan Cross-line ( gridline ).
·         Kordinat titik-titik detil topografi ( spot height ).
·         Peta posisi singkapan bahan tambang.
·         Peta posisi titik - titik pengeboran/cross-line.
·         Peta Topografi detil.
·         Backup semua data dalam bentuk digital ( softcopy )

  1. T.O.R  PENGUKURAN POLIGON UTAMA

1.    Semua alat ukur yang digunakan untuk pengukuran polygon harus dicek atau ditest ulang kondisinya sebelum dipakai dilapangan walaupun sudah dikalibrasi, mungkin pada saat mobilisasi terkena guncangan atau benturan.
2.    Konstanta prisma target untuk pengukuran jarak dengan TS harus dicek kembali sebelum digunakan.
3.    Jarak Tembakan hasil TS harus dicek minimal dengan pita ukur baja sebelum mulai digunakan dilapangan.
4.    Poligon dimulai dari titik ( BM ) yang sudah ada, BM harus jelas deskripsinya, pengukuran poligon minimal menggunakan dua buah BM; satu untuk station awal satunya lagi untuk orientasi                      ( Backsight ).
5.    Pengukuran polygon harus membentuk loop tertutup, jika menggunakan  dua buah BM harus kembali ketitik awal. Dan jika polygon terikat sempurna, rangkaian polygon harus terikat diawal dan diakhir poligon, minimal harus menggunakan empat buah BM.
6.    Pengukuran sudut polygon harus menggunakan Total Station yang mempunyai ketelitian minimal 3” ( 3 detik ).
7.    Pengukuran sudut minimal dengan metode satu serie ( didapat dua bacaan sudut untuk setiap arah ).
8.    Kesalahan pengukuran sudut minimal 5”√n, n adalah banyaknya titik yang ditempati instrument.
9.    Pengukutan jarak menggunakan EDM atau Total Station.
10. Pengukuran jarak menggunakan metode satu serie, sehingga didapat empat macam bacaan jarak, jarak ini akan dirata-rata.
11. Kesalahan pengukuran Poligon minimal harus 1 : 10000.
12. Ketelitian pengukuran elevasi mengunakan alat TS  50mm√D, D jarak dalam Km.
13. Penulisan data lapangan harus menggunakan form standar.
14. Penulisan data lapangan sampai ketelitian detik untuk sudut dan sampai ketelitiam millimeter untuk jarak.
15. Jika ada kesalahan penulisan data ukur, data tidak dihapus atau ditimpa penulisanya, cukup dicoret yang salah denga satu garis dan menuliskan data yang benar diatas atau dibawah data yang dicoret.
16. Data ukur harus disertai sket yang jelas dan rapih.
17. Kordinat hasil pengukuran polygon dibuat daftarnya.
18. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.
  1. T.O.R  PENGUKURAN POLIGON CABANG

    1. Semua alat ukur yang digunakan untuk pengukuran polygon harus dicek atau ditest ulang kondisinya sebelum dipakai dilapangan walaupun sudah dikalibrasi, mungkin pada saat mobilisasi terkena guncangan atau benturan.
    2. Konstanta prisma target untuk pengukuran jarak dengan TS harus dicek kembali sebelum digunakan.
    3. Jarak Tembakan hasil TS harus dicek minimal dengan pita ukur baja sebelum mulai digunakan dilapangan.
    4. Pengukuran polygon cabang dimulai dari titik-titik polygon utama.
    5. Pengukuran polygon harus membentuk loop tertutup, jika menggunakan  dua buah BM harus kembali ketitik awal. Dan jika polygon terikat sempurna, rangkaian polygon harus terikat diawal dan diakhir poligon, minimal harus menggunakan empat buah BM.
    6. Pengukuran sudut polygon harus menggunakan Total Station yang mempunyai ketelitian minimal 3” ( 3 detik ).
    7. Pengukuran sudut minimal dengan metode satu serie ( didapat dua bacaan sudut untuk setiap arah ).
    8. Kesalahan pengukuran sudut minimal 10”√n, n adalah banyaknya titik yang ditempati instrument.
    9. Pengukutan jarak menggunakan EDM atau Total Station.
    10. Pengukuran jarak menggunakan metode satu serie, sehingga didapat empat macam bacaan jarak, jarak ini akan dirata-rata.
    11. Kesalahan pengukuran Poligon minimal harus 1 : 5000.
    12. Ketelitian pengukuran elevasi mengunakan alat TS  100mm√D, D jarak dalam Km.
    13. Penulisan data lapangan harus menggunakan form standar.
    14. Penulisan data lapangan sampai ketelitian detik untuk sudut dan sampai ketelitiam millimeter untuk jarak.
    15. Jika ada kesalahan penulisan data ukur, data tidak dihapus atau ditimpa penulisanya, cukup dicoret yang salah denga satu garis dan menuliskan data yang benar diatas atau dibawah data yang dicoret.
    16. Data ukur harus disertai sket yang jelas dan rapih.
    17. Kordinat hasil pengukuran polygon dibuat daftarnya.
    18. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.

  1. T.O.R  PENGUKURAN BASELINE

    1. Arah dan panjang baseline harus direncanakan dahulu diatas peta kerja.
    2. Arah baseline ditentukan oleh team Geologi, atau kesepakatan semuan team.
    3. Pengukuran Baseline harus dimulai dari titik polygon ( BM ) utama yang sudah mempunyai spesifikasi pengukuran polygon utama. Baseline dapat dibuat sebagai polygon utama ataupun sebagai polygon cabang.
    4. Pengukuran Baseline harus terikat diawal dan diakhir pada polygon utama.
    5. Pada saat pengukuran Baseline dipasang patok – patok untuk pengukuran line bor ( cross-line ) dengan jarak sesuai rencana, misalnya per 200 meter.
    6. Penamaan dan penomoran patok polygon dan patok line bor harus direncanakan dan disetujui oleh semua team lapangan.
    7. Ketelitian pengukuran Baseline sesuai dengan pengukuran polygon cabang.
    8. Perubahan topografi disepanjang jalur baseline harus diukur untuk penggambaran penampang memanjang.
    9. Kordinat hasil pengukuran baseline dibuat daftarnya.
    10. Kordinat hasil pengukuran diplot dengan software CAD.

  1. T.O.R  PENGUKURAN CROSSLINE

1.    Pengukuran crossline ( line bor ) dimulai dari patok – patok rencana crosline ( misalnya jarak antar crossline 200 meter ) yang sudah dipasang dan diukur pada saat pengukuran jalur baseline.
2.    Arah pengukuran crossline biasanya tegak lurus terhadap arah baseline.
3.    Pengukuran crossline harus memenuhi ketelitian dalam pengukuran polygon cabang.
4.    Setiap patok pengukuran dilapangan harus diberi nama atau nomor patok serta diberi pita warna yang menyala.
5.    Penamaan dan penomoran patok pengukuran harus direncanakan dan disetujui oleh semuan team lapangan.
6.    Pada saat pengukuran crossline untuk setiap jarak kurang lebih 50 meter harus terpasang patok, patok ini dapat sebagai patok polygon ataupun sebagi patok sislah ( detil ).
7.    Perubahan topografi serta detil – detil alamiah ( sungai, selokan, danau, rawa-rawa,singkapan, dsb ) dan detil – detil buatan         ( Jalan, bangunan ) harus diukur.
8.    Setiap jalur crosline harus digambar  penampang melintangnya ( gambar cross-section ).

  1. T.O.R  PEMATOKAN ( STAKEOUT ) DAN PENGUKURAN ULANG    ( RESURVEY )TITIK BOR

1.    Kordinat dan nama  titik – titik rencana pengeboran dibuat oleh Geologist dan diserahkan ke surveyor untuk dipatok dilapangan.
2.    Surveyor melaksanakan pematokan rencana titik bore dari patok-patok hasil pengukuran line bor ( cross-line ).
3.    Titik – titik rencana pengeboran dilapangan harus di beri nama serta pita warna yang menyala dan warnanya harus dibedakan dengan pita patok –patok survey.
4.    Surveyor memberikan laporan ke geologist bahwa titik – titik rencana pengeboran sudah dipatok serta melaporkan juga kondisi lapangan tempat rencana titik bor tersebut jika ada ketidak cocokan antara rencana dipeta  kerja dengan kondisi dilapangan.
5.    Surveyor melakukan pengukuran kembali titik –titik bore yang sudah selesai dibor oleh team pengeboran.
6.    Pengukuran kembali posis titik bor harus ditengah – tengah lubang pengeboran, jangan mengukur bor diatas patok titik bor.
7.    Surveyor menghitung serta mengarsipkan kordinat hasil pengukuan titik bor.
8.    Surveyor harus melaporkan serta menyerahkan data hasil pengukuran bor ( data kordinat, data lapangan ) kepada team Geologi.
9.    Surveyor harus memplotkan posisi kordinat bor dengan software CAD.







Komentar

  1. assalamualaikum pa,,
    minta sedikit infonya,cara seting alat survey ex: seting tribrach dll
    mohon pencerahanya,trimakasih...@WALS Dan Rekan

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. izin copas kang :D //ival//

    BalasHapus

Posting Komentar